Kylie Jenner menutup tahun 2015 dengan eksistensi yang semakin tinggi. Penampilannya mengisi banyak majalah mode bahkan untuk edisi 2016, mengalahkan kakak perempuannya yang berprofesi sebagai model, Kendall Jenner.
Salah satu penampilan terbarunya adalah menjadi sampul depan majalah Elle edisi Februari 2016. Bintang realiti Keeping Up With The Kardashians ini tampil cantik dengan riasan natural dan rambut hitam bervolumenya.
Dalam edisi terbaru itu, bintang 18 tahun itu tidak bicara mengenai resolusi tahun baru, namun ceritanya di balik popularitasnya saat ini. Tak hanya itu, Kylie juga mengungkapkan perasaannya ketika banyak netizen yang mem-bully dirinya lewat media sosial.
"Itu menyakitkan bagikut tapi aku bisa mengatasinya dan aku tahu itu datang dengan gaya hidup. Itu hanyalah orang-orang kejam di internet yang bisa melakukan apapun yang mereka mau. Yang aku inginkan hanya mencari orang-orang yang sebenarnya dengan cerita sungguhan tentang bullying dan bagaimana cara mereka mengatasinya," ungkap Kylie di halaman terbaru Elle.
Anggota termuda klan Kardashian-Jenner itu juga berterima kasih kepada Justin Bieber yang banyak membantunya mengatasi masa-masa sulit menjadi seorang figur publik. Keduanya besar dengan sorot kamera yang membuat mereka merasa terhubung satu sama lain.
"Aku sangat dekat dengannya karena menurutku kami menjalani hidup berbeda tapi sangat mirip. Ia seperti..ia mendapatkanku, dan setiap kali aku melihatnya, ia selalu duduk di dekatku dan seperti, 'Hey kamu baik-baik saja? Kamu sangat luar biasa. Kamu bisa menjalaninya, tetaplah jadi dirimu sendiri.' Ia sangat banyak membantuku," tutur kekasih Tyga ini.
Kylie ditemani oleh model pria yang sedang naik daun tahun ini, yaitu Lucky Blue Smith. Model 17 tahun yang juga masuk dalam daftar pria paling stylish 2015 versi majalah GQ.
sumber : http://wolipop.detik.com/read/2015/12/30/101046/3107144/1137/kylie-jenner-bullying-menyakitkan-bagiku
Depresi dan Marah Terhadap Diri sendiri Coloroso (2006) mengemukakan bahayanya jika bullying menimpa korban secara berulang-ulang. Konsekuensi bullying bagi para korban, yaitu korban akan merasa depresi dan marah, Ia marah terhadap dirinya sendiri, terhadap pelaku bullying, terhadap orang-orang di sekitarnya dan terhadap orang dewasa yang tidak dapat atau tidak mau menolongnya. Hal tersebut kemudan mulai mempengaruhi prestasi akademiknya. Berhubung tidak mampu lagi muncul dengan cara-cara yang konstruktif untuk mengontrol hidupnya, ia mungkin akan mundur lebih jauh lagi ke dalam pengasingan.
Gangguan Akademik Sekolah Terkait dengan konsekuensi bullying, penelitian Banks (1993, dalam Northwest Regional Educational Laboratory, 2001; dan dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa perilaku bullying berkontribusi terhadap rendahnya tingkat kehadiran, rendahnya prestasi akademik siswa, rendahnya self-esteem, tingginya depresi, tingginya kenakalan remaja dan kejahatan orang dewasa. Dampak negatif bullying juga tampak pada penurunan skor tes kecerdasan (IQ) dan kemampuan analisis siswa. Berbagai penelitian juga menunjukkan hubungan antara bullying dengan meningkatnya depresi dan agresi.
Konsentrasi Belajar Terganggu Hasil studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource Center Sanders (2003; dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa bullying dapat membuat remaja merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap stress dan depreasi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih ekstrim, bullying dapat mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh diri (commited suicide).
Gangguan Emosi Korban biasanya akan merasakan berbagai emosi negatif, seperti marah, dendam, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam, tetapi tidak berdaya menghadapinya. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat mengembangkan perasaan rendah diri dan tidak berharga. Bahkan, tak jarang ada yang ingin keluar dan pindah ke sekolah lain. Apabila mereka masih bertahan di situ, mereka biasanya terganggu konsentrasi dan prestasi belajarnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah.
Dampak Jangka Panjang Hilda (2009) menjelaskan bullying tidak hanya berdampak terhadap korban, tapi juga terhadap pelaku, individu yang menyaksikan dan iklim sosial yang pada akhirnya akan berdampak terhadap reputasi suatu komunitas. Terdapat banyak bukti tentang efek-efek negatif jangka panjang dari tindak bullying pada para korban dan pelakunya. Pelibatan dalam bullying sekolah secara empiris teridentifikasi sebagai sebuah faktor yang berkontribusi pada penolakan teman sebaya, perilaku menyimpang, kenalakan remaja, kriminalitas, gangguan psikologis, kekerasan lebih lanjut di sekolah, depresi, dan ideasi bunuh diri. Efek-efek ini telah ditemukan berlanjut pada masa dewasa baik untuk pelaku maupun korbannya.
sumber : http://www.sudahdong.com/bullying-di-sekolah/akibat-bullying-di-sekolah/
Setelah berhasil berkunjung ke salah satu sekolah di sekitar Jakarta Pusat, kita memiliki agenda yang akan kita lakukan, ingin tahu apa saja? yuk kita lihat!
1. Kampanye #BBB ke SDN 05 Karet Pagi (welldone ✔)
2. Mengunjungi Taman Menteng untuk bertemu remaja sekitar, meminta dukungan berbentuk foto dan interview singkat
3. Membuat acara "#BBB goes to Car Free Day" pada hari minggu di Jakarta Pusat
4. Membagikan poster #BBB ke mading-mading ke beberapa SMP di Jakarta
5. Membuat seminar "Speak Up for Bullying" untuk orang tua murid agar anaknya tidak menjadi korban maupun pelaku
6. Mengunjungi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk mewawancarai Bpk. Asrorun Ni'am Sholeh selaku ketua KPAI untuk selanjutnya di post ke blog
7. Bergabung dan mengikuti salah satu komunitas anti bullying, Sudah Dong.
8. Membuat gelang persahabatan "Be Good, Be Nice, Be Friendly" untuk bagikan secara gratis
9.Mendirikan Stand yang berisikan informasi mengenai bahaya bullying (flyer, banner) di acara Educational Kid's Fair 2016 di JCC
10. Selain SD dan SMP, #BBB akan mengajak dan mengedukasi anak jalanan di sekitar Jakarta mengenai bullying
Untuk informasi mengenai hari dan tanggal, silahkan kontak kami di :
bbbcampaign@gmail.com
dokumentasi campaign
Kami mengumpulkan 5 perwakilan siwa/i dari setiap angkatan mulai dari kelas 3 sampai 6 hingga berjumlah 30 ruang dalam satu ruang kelas. Di mulai dengan pendekatan aktif oleh setiap pengajar dan pengenalan mengenai arti bully kepada siswa/i.
Meskipun kata bully sendiri terbilang asing di antara siswa sd tersebut, namun tidak sedikit siwa/i mengakui sering mendapat perlakuan bully ketika diberi penjelasan dan ditanya mengenai pengalaman menerima perlakuan bully.
Bahkan ada salah satu siswa menitikkan air mata ketika ditanya perlakuan bully yang sempat diterimanya.
Kami juga menjelaskan bahaya bully bagi perkembangan fisik dan mental anak yang dapat mempengaruhi masa depannya. Siswa/i terlihat memahami dan menikmati setiap penjelasan karena dikemas dengan santai dan menyenangkan.
Kegiatan juga dilanjutkan dengan foto bersama dengan siswa/i, guru sekolah dan pemberian bingkisan.
follow us on instagram and twitter :
@campaignbbb
like our facebook page :
facebook.com/campaignbbb
@campaignbbb
like our facebook page :
facebook.com/campaignbbb
images: google |
"Saat mengalami bullying, jangan ditanggapin. Anggap saja anjing menggonggong khafilah tetap berlalu," saran Liza Marielly Djaprie, psikolog dari sanatorium Dharmawangsa.
Dalam kasus bullying, pelaku biasanya justru merasa senang jika mendapat tanggapan dari korban. Semakin korban merasa terganggu atau menderita, semakin senang pula si pelaku karena menganggap bahwa tujuannya tercapai.
Liza juga tidak menyarankan untuk membalas aksi bullying, apapun bentuknya. Dengan memberikan aksi balasan, menurut Liza korban akan turun ke level si pelaku. Jika bullying terjadi di dunia maya, maka yang bisa dilakukan saat benar-benar merasa terganggu adalah mengeblok pelaku.
Sedangkan untuk mencegah anak terlibat bullying, Liza menyarankan untuk lebih dulu fokus agar anak tidak menjadi pelaku. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pemahaman tentang konsep diri yang baik.
"Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri. Apakah kita punya potensi sesuatu, berguna bagi orang lain, cukup mampu untuk dihargai orang lain, dan sebagainya," jelas Liza.
Dengan memiliki konsep diri yang baik, menurut Liza anak-anak akan merasa 'secure' dengan hidupnya sehingga tidak perlu melakukan bullying sebagai pelampiasan. Sebaliknya, kemungkinan anak-anak menjadi korban bullying juga lebih kecil.
"Korban bullying biasanya anak-anak yang tidak punya teman, isolated, dan minder," kata Liza.
Sebelumnya, Liza menyebut salah satu pemicu bullying adalah stres dan tekanan hidup yang tinggi. Anak-anak masa kini, menurut Liza terlalu sibuk sehingga tidak punya waktu untuk bermain dan mengasah kecerdasan emosional.
sumber : http://health.detik.com/read/2016/01/13/180558/3117855/1301/saran-psikolog-saat-bullying-menimpa-anak